Metode Menghafal Al-Quran Terbaik dari Maroko
Membaca secara berulang-ulang atau mengartikan arti kata demi kata terlebih dahulu dari Alquran dan membaca apa yang telah di hafalnya dengan di dengarkan oleh seorang guru yang sudah sangat kuat hafalannya adalah metode menghafal Alquran yang berlaku di Indonesia dari dulu dan mungkin sudah mengakar secara historis.
Lain halnya dengan metode Alquran yang telah berkembang di negara Maroko, salah satu negara yang masih menggunakan system kerajaan yang terletak di benua Afrika.
Penulis mulai mengingat-ingat apa yang pernah di lihatnya dalam sebuah film yang berdurasi kurang lebih 30 menit tentang cara menghafal Alquran terbaik di dunia adalah di negara Maroko, ternyata ketika penulis membandingkan dengan system atau metode menghafal di Indonesia, metode dengan cara menulis itu lebih memberikan yang lebih pada diri santri.
Dalam prakteknya kita kenal sebuah alat dengan nama lauh atau dalam bahasa Indonesianya adalah papan, dengan ukuran yang tidak terlalu besar berkisar 50 cm dengan berbentuk persegi panjang dengan di hiasi garis-garis yang di buat secara permanen, untuk memudahkan dalam menulis ayat-ayat Alquran.
Santri-santri hufadz atau santri penghafal Alquran yang mayoritas merupakan penduduk sekitar masjid setiap harinya harus menulis semua ayat Alquran yang akan di hafalnya. Penulisan ini dilakukan di atas papan yang telah di siapkan dengan menggunakan pensil yang terbuat dari bambu atau sejenisnya yang di desain dengan tinta khusus.
Dari sekian banyak santri, ada yang menulisnya hingga 5 ayat bahkan sampai 50 ayat semua itu tergantung kadar kemampuannya. Setelah papan telah penuh dengan ayat Alquran yang akan di hafal, maka selanjutnya ketelitian sang guru dalam membetulkan tulisan santri inilah yang akan menentukan kebenaran hafalan santri.
Keistimewaan menghafal dengan cara menulis di atas papan.
Keisitimewaan menghafal dengan cara menulis di atas papan santri akan lebih teliti ketika di suruh menuliskan ayat-ayat Alquran yang telah di hafalnya karena telah terbiasa menyalin dari mushaf ke dalam papan. Menurut Ust. Ali salah satu staf pengajar di Darul Quran Kenitra mengatakan bahwa alah satu keistimewaan yang lain adalah konsentrasi seorang santri akan tertuju hanya pada satu papan yang ada di depanya, lain halnya ketika dengan menggunakan mushaf, konsentrasi itu akan terbagi dengan halaman lain yang di lihatnya.
Kelebihan lain yang dapat penulis amati adalah kesabaran yang terus di latih pada jiwa santri ketika menuliskan ayat demi ayat dari Alquran, yang sejatinya mereka mampu untuk menghafal secara langsung tanpa menulis terlebih dahulu.
Penulis berharap metode seperti ini bisa mulai di terapkan di seluruh pesantren tahfidz yang ada di Indonesia.
*Penulis adalah mahasiswa STAINU Jakarta yang sedang mengikuti program kelas internasional di universsitas Ibn. Thofail, Kenitra, Maroko.
Sumber: TribunNews.Com
0 komentar
Posting Komentar
Dilarang SPAM di kolom komentar EL-Magazine.
Berkomentarlah dengan bijak.
Terimakasih.